Minggu 16 Mar 2025

Notification

×
Minggu, 16 Mar 2025

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Sewa Stand Ala Remaja Masjid Raya Baiturrahman, Sudah Sesuaikah?

Selasa, 25 Februari 2025 | 08.18 WIB Last Updated 2025-02-25T01:21:08Z
Oleh : Muliadi A. Karim 

Masjid Raya Baiturrahman sebagai tempat ibadah, pusat peradaban dan kesejahteraan umat. Setiap program yang lahir dari masjid seharusnya mencerminkan semangat kebersamaan, kepedulian, dan kemaslahatan. Oleh karena itu, kebijakan yang diambil dalam setiap kegiatan harus mempertimbangkan aspek keadilan dan kesejahteraan masyarakat.

Beberapa hari terakhir, perhatian tertuju pada kebijakan sewa stand dalam acara yang diselenggarakan oleh Remaja Masjid Raya Baiturrahman (RMRB). Harga sewa yang dipatok sebesar Rp. 130.000,- hingga Rp.160.000/hari menuai berbagai tanggapan di beberapa grub WhatsApp terutama terkait dengan kondisi ekonomi masyarakat yang saat ini sedang mengalami tantangan berat. Semestinya dalam situasi seperti ini, kebijakan yang diterapkan oleh pengelola masjid harus benar-benar mencerminkan kepedulian terhadap umat.

Kebijakan Sewa Stand

Ada beberapa hal yang perlu dikaji ulang terkait harga sewa stand ini. Pertama, harga tersebut harus dikaji berdasarkan rincian fasilitas yang diberikan. Jika dalam flyer disebutkan bahwa biaya ini mencakup aliran listrik, pengamanan, tenda berukuran 3x3 meter, dan plastik sampah, maka transparansi dalam perhitungan biaya sangat diperlukan. Rincian yang jelas akan memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang bagaimana harga tersebut ditentukan.

Kedua, perbandingan dengan masjid lain yang telah sukses dalam menyelenggarakan kegiatan serupa bisa menjadi bahan refleksi. Masjid Jogokariyan, misalnya, dikenal dengan kebijakan-kebijakan yang selalu berpihak kepada umat. Pendekatan yang mereka terapkan dalam mengelola kegiatan ekonomi di masjid dapat menjadi inspirasi dalam mengembangkan kebijakan yang lebih inklusif dan memberdayakan.
Ketiga, perlu dipertimbangkan dampak kebijakan ini terhadap para pedagang dan pelaku usaha kecil yang ingin berpartisipasi dalam acara. Jika biaya sewa terlalu tinggi, maka mereka harus memiliki omzet yang besar hanya untuk menutup biaya operasional, yang belum tentu sebanding dengan keuntungan yang mereka peroleh. Jika masjid ingin menjadi pusat pemberdayaan ekonomi umat, maka perlu ada skema yang lebih fleksibel dan berpihak kepada masyarakat kecil.

Esensi Masjid sebagai Pusat Keumatan

Masjid memiliki keistimewaan tersendiri sebagai tempat yang seharusnya menghadirkan manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat. Berbeda dengan ajang komersial yang bertujuan mencari keuntungan, acara yang diselenggarakan oleh remaja masjid seharusnya lebih menitikberatkan pada kebermanfaatan bagi umat. 

Jika beban ekonomi yang diberikan terlalu berat, maka esensi dari masjid sebagai tempat berbagi dan menyejahterakan umat bisa tergeser oleh kepentingan finansial.

Sebagai langkah solutif, RMRB bisa melakukan kajian ulang terhadap kebijakan ini dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk para pedagang, pengelola masjid, dan tokoh masyarakat. Dengan dialog yang terbuka dan transparan, diharapkan kebijakan yang diambil benar-benar mencerminkan semangat kebersamaan dan kepedulian terhadap umat.

Keputusan yang diambil haruslah selaras dengan nilai-nilai Islam yang mengutamakan keadilan, kesejahteraan, dan kemaslahatan umat. Semoga masjid kita tetap menjadi tempat yang menyejukkan, bukan hanya dalam aspek spiritual, tetapi juga dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.

[Penulis adalah Koordinator aktifnya kembali Remaja Masjid Raya Baiturrahman Tahun 2015 setelah sempat vakum beberapa tahun sebelumnya]

News

Kabar Aceh

×
Berita Terbaru Update