Menurut Syahrizal, selama ini para petani yang menggarap sawah di kawasan tersebut hidup dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.
Mereka terpaksa berjaga siang dan malam untuk melindungi sawah mereka dari ancaman sapi dan kerbau liar yang kerap merusak tanaman.
“Bahkan, tak sedikit dari mereka yang harus membawa anak-anak mereka yang masih kecil untuk bermalam di gubuk kecil di tengah sawah, demi menjaga satu-satunya sumber penghidupan mereka,” ucap Syahrizal.
Menurutnya, kebanyakan petani di sini adalah masyarakat miskin yang bergantung sepenuhnya pada hasil panen. Jika panen mereka gagal, mereka tidak tahu lagi harus bagaimana, sementara kebutuhan hidup terus berjalan, termasuk biaya sekolah anak-anak mereka.
“Situasi ini sungguh memilukan,” ujar Syahrizal.
Ia juga mengajak seluruh peserta Musrenbang untuk memprioritaskan pembangunan pagar tersebut dibandingkan kegiatan lain yang kurang mendesak.
“Coba kita bayangkan jika kita berada di posisi mereka. Kita yang hadir di sini mungkin tidak perlu khawatir apakah anak-anak kita bisa makan hari ini atau tidak. Namun bagi mereka, satu kali panen yang gagal bisa berarti krisis besar bagi keluarga mereka. Oleh karena itu, saya meminta agar pemerintah daerah segera merealisasikan pembangunan pagar ini demi kesejahteraan petani kecil di Aceh Besar,” ujarnya.(*)
