Aceh Utara - Badan legislasi DPR Aceh mulai melakukan pendalaman materi terkait Rancangan Qanun Pengelolaan Karbon Aceh, dimana Raqan ini merupakan tindak lanjut atas usulan PEMA terkait dengan Pemanfaatan sumur-sumur eks-Arun yang sudah kosong untuk menyimpan karbon (CO2) yang ditangkap maupun CO2 yang dihasilkan dari sumur-sumur migas yang sedang beroperasi sehingga tidak terbuang ke udara.
Hal tersebut disampaikan Ketua Banleg DPR Aceh, Tgk Mawardi M, SE, sesaat usai pendalaman materi raqan ini diruang pertemuan PT PEMA Global Energi, di Point A WK B, di Aceh Utara pada Selasa, 15 Mei 2023.
“Allah memberikan rahmatNya pada rakyat Aceh, kata pria yang akrab dipanggil Tgk Adek ini
Dia menjelaskan, ”reservoir daripada sumur-sumur bekas Exxon yang berlokasi di Blok B berjumlah 171 sumur, sekitar 50 sumur masih beroperasi dibawah PT PEMA Global Energi, namun ada sekitar 120 sumur yang sudah kosong dan tidak beroperasi lagi, sumur-sumur tersebut masih boleh dimanfaatkan, inilah kuasa Allah”.
“kita bisa pergunakan untuk menyimpan karbondioksida dalam reservoir tersebut, jadi udara bisa kita jaga bersih, mendukung langkah net zero emission ditahun 2060, dan terus terang Aceh dapat memberikan layanan jasa untuk menyimpan karbon tersebut, tentunya program ini Allah berikan rezeki bagi kesejahteraan rakyat Aceh,” jelas Mawardi yang juga anggota Fraksi Partai Aceh, yang terpilih dari Dapil V.
Lanjutnya, ”kita simpan karbon atau dikenal dengan Carbon capture Storage (CCS) namun juga karbon tersebut masih bisa dimanfaatkan untuk dunia industry, dikenal dengan Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS), disinilah kita butuh teknologi, tentunya juga didukung oleh Kapasitas Sumber Daya manusia (SDM) Aceh kedepannya”
Sedangkan wakil ketua Banleg DPR Aceh, bapak Ridwan Yunus, mengkritisi atas proteksi dan keselamatan, menurutnya, ”kita wajib melakukan kajian, kita pastikan jangan sampai berdampak pada masyarakat sekitar sebagaimana pernah terjadi diawal dimulainya operasional Exxon dulu, terutama pencemaran air tanah, keamanan dan sebagainya, kebetulan ini pengalaman saya, saya lahir dan tumbuh dikawasan Blok B ini, yaitu Matangkuli”
Menurut Kahfi, ahli sub-surface PGE,”cadangan arun mencapai 10,000 ft kedalamannya, tekanannya sampai 7100 Psi, dan jenis bebatuan yang melingkari sumur adalah jenis karbonat, selain itu juga ketebalan reservoir mencapai 800-1000 ft,”
Jadi, “data-data tersebut menjadi bahan awal kajian, baik upaya memastikan keamanan reservoir, maupun saat injeksi, misalnya jangan melebih dari 7100 Psi (saat ini hanya 300-400 Psi saja)”
Mewakili PEMA hadir, pak Edward, Direktur Bisnis, beliau memastikan bahwa tahap awalnya adalah mengadakan Feasibility Study, studi kelayakan ini dilakukan selama 2 tahun, kemudian jika layak baru kita memasuki tahapan konstruksi selama lima tahun dan baru dilakukan injeksi pada tiga tahun selanjutnya, jadi tidak serta merta, semua kajian dan tahapan kita lakukan, apalagi ini proyek pertama di Asia yang secara masif dikembangkan”
“Anugerah Allah berikan untuk Aceh mesti kita persiapkan dengan sebaik-baiknya, dikaji dan direncanakan, bukan hanya untuk generasi kita namun juga untuk generasi Aceh di masa depan, cukuplah pengalaman Exxon kita tidak tahu apa-apa, namun kedepan SDM Aceh harus kita siapkan untuk mengelola segala sumber daya alam di Aceh ini,” tutup Tgk Mawardi dipenghujung FGD pendalaman materi tersebut
Ikut memberi sumbang pikiran dan pandangannya yaitu Bapak Fakhrurrazi H.Cut, Nurlelawati dan Tgk H.Irawan Abdullah S.Ag, H.Khalili SH , serta pak Agung sebagai Field Officer PGE, pak Agus Salim Humas PGE, Direktur Migas Centre Unimal-Muhammad Fadil, dan para tenaga ahli, serta perwakilan dari PEMA lainnya. (Parlementaria)