Banda Aceh - Ruang publik sangat heboh dalam 48 jam terakhir karena pernyataan Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas tentang analoginya membandingkan suara adzan dengan suara gonggongan anjing, pasca aturan volume pengerasan suara mesjid maksimal 100 desibel (dB) terbit pada Rabu (23/2/2022).
Fahril Muzanna salah satu kader Nahdlatul Ulama Aceh Besar menilai, analogy yang disampaikan Menag Yaqut Cholil sangat tendensius mengundang cibiran hingga kecaman dari banyak pihak dan sangat disesalkan.
Meski demikian menurutnya, NU secara lembaga ikut dicibir dan dikecam karena analogy Menag yang tidak tepat oleh orang-orang yang menganggap dirinya benar.
“Memang benar Menag Yaqut Cholil kader NU, tapi bukan berarti NU secara lembaga selama ini mencetak dan mengorbit orang-orang anti agama, ekstrimis dan provokatif”, ujar Muzanna dalam rilisnya kepada suaraaceh.net Jumat, (25/02/2022).
Secara pribadi saya sangat tersinggung dengan siapa saja yang mencibir NU karena analogy Menag Yaqut Cholil, beliau hanya oknum dan secara kebetulan bernaung dibawah NU jika Yaqut Cholil salah jangan pula NU diseret kemudian terjadi claim terhadap NU dan tokoh-tokohnya yang sama sekali tidak benar.
Nahdlatul Ulama secara lembaga tidak pernah keluar dari khittah perjuangannya, NU cinta islam dan cinta negara sama seperti lembaga, ormas lainnya di Indonesia.
“Case ini sama seperti Abu Janda yang dulu sempat membuat heboh publik dengan statemennya, kemudian NU dicibir habis-habisan. Kesalahan oknum jangan kemudian lembaga menjadi bias, jangan seperti itu”, tegasnya.
Masyarakat dituntut bijak dalam melihat dan menganalisa setiap permasalahan agar tidak menimbulkan fitnah apalagi memancing kericuhan diatas kericuhan, karena jika ditanya apa yang telah diberikan NU untuk Indonesia? Jawabannya sangat banyak, NU telah hadir sebelum Indonesia ini Merdeka.
“Sebagai kader NU saya meminta masyarakat bertabayyun dalam melihat dan mengambil kesimpulan, dalih seorang Mentri sangat kecil dibandingkan NU secara lembaga”, tutup Muzanna. (red)