Banda Aceh – Baitul Mal Aceh menyantuni seorang remaja asal Sumatera
Utara (Sumut) atas nama Muhammad Jauhari yang baru beberapa hari
besyahadat di Aceh. Bantuan yang diberikan berupa uang tunai sebesar
Rp2 juta yang diserahkan langsung Kepala Sekretariat Baitul Mal Aceh,
Rahmad Raden, Senin (6/4/2020).
“Kita di Baitul Mal Aceh ada program bantuan untuk mualaf yang baru masuk Islam. Bantuan ini sekali kasih sebagai bentuk kepedulian kepada saudara kita yang seiman, apalagi kebiasaan mereka yang baru masuk Islam tidak diterima lagi oleh keluarganya,” jelas Rahmad.
Selain itu, kata Rahmad, bantuan tersebut diberikan untuk menguatkan hati mereka yang baru memeluk Islam. Dengan adanya kepedulian dari pemerintah mereka merasa ada persaudaraan yang kuat dalam Islam.
Rahmad menyebutkan bantuan ini diberikan kepada mereka yang bestatus mualaf di bawah satu tahun. Yang bersangkutan harus berdomisili di Aceh, melengkapi surat keterangan mualaf, dan dokumen-dokumen lainnya seperti kartu keluarga dan kartu tanda penduduk jika ada.
Menurut informasi yang diterima dari salah seorang pendampingnya, Muhammad Jauhari baru sekitar setahun merantau ke Aceh dari Sumut. Remaja berusia 17 tahun itu awalnya hanya ikut temannya untuk kerja sebagai buruh bangunan di Aceh.
Karena tinggal di tempat mayoritas muslim, pelan-pelan ia mulai tertarik dengan Islam. Dua minggu sebelum pernsyahadatan ia mendesak pendampingnya untuk mencarikan orang agar ia bisa bersyahadat. Akhirnya dibawa ke tempat Ustaz Zul Arafah untuk disyahadatkan.
“Karena ia tidak memiliki keluarga di sini, pendampingnya melaporkan ke Baitul Mal Aceh untuk diberikan bantuan,” ujar Rahmad.
Rahmad menambahkan, selain untuk bantuan untuk mualaf baru, Baitul Mal Aceh juga memiliki beberapa program bantuan mualaf lainnya, yaitu pemberdayaan ekonomi produktif untuk mualaf yang sudah beberapa tahun masuk Islam. Namun prioritasnya tetap kepada mereka yang miskin.
“Di bidang pendidikan juga ada bantuan beasiswa penuh baik untuk tingkat SD, SLTP, SLTA, dan tingkat mahasiswa, da nada juga program pendamping syariah,” ujar Rahmad.[red]
“Kita di Baitul Mal Aceh ada program bantuan untuk mualaf yang baru masuk Islam. Bantuan ini sekali kasih sebagai bentuk kepedulian kepada saudara kita yang seiman, apalagi kebiasaan mereka yang baru masuk Islam tidak diterima lagi oleh keluarganya,” jelas Rahmad.
Selain itu, kata Rahmad, bantuan tersebut diberikan untuk menguatkan hati mereka yang baru memeluk Islam. Dengan adanya kepedulian dari pemerintah mereka merasa ada persaudaraan yang kuat dalam Islam.
Rahmad menyebutkan bantuan ini diberikan kepada mereka yang bestatus mualaf di bawah satu tahun. Yang bersangkutan harus berdomisili di Aceh, melengkapi surat keterangan mualaf, dan dokumen-dokumen lainnya seperti kartu keluarga dan kartu tanda penduduk jika ada.
Menurut informasi yang diterima dari salah seorang pendampingnya, Muhammad Jauhari baru sekitar setahun merantau ke Aceh dari Sumut. Remaja berusia 17 tahun itu awalnya hanya ikut temannya untuk kerja sebagai buruh bangunan di Aceh.
Karena tinggal di tempat mayoritas muslim, pelan-pelan ia mulai tertarik dengan Islam. Dua minggu sebelum pernsyahadatan ia mendesak pendampingnya untuk mencarikan orang agar ia bisa bersyahadat. Akhirnya dibawa ke tempat Ustaz Zul Arafah untuk disyahadatkan.
“Karena ia tidak memiliki keluarga di sini, pendampingnya melaporkan ke Baitul Mal Aceh untuk diberikan bantuan,” ujar Rahmad.
Rahmad menambahkan, selain untuk bantuan untuk mualaf baru, Baitul Mal Aceh juga memiliki beberapa program bantuan mualaf lainnya, yaitu pemberdayaan ekonomi produktif untuk mualaf yang sudah beberapa tahun masuk Islam. Namun prioritasnya tetap kepada mereka yang miskin.
“Di bidang pendidikan juga ada bantuan beasiswa penuh baik untuk tingkat SD, SLTP, SLTA, dan tingkat mahasiswa, da nada juga program pendamping syariah,” ujar Rahmad.[red]