wartanasional.co, Banda Aceh - Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) membidangi kesehatan dan kesejahteraan, melakukan Inspeksi Mendadak (Sidak) ke Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin (RSUDZA), Banda Aceh, Selasa (28/1/2020).
Dalam Sidak tersebut, tim rombongan komisi V DPRA dipimpin langsung oleh Ketua Komisi, M Rizal Falevi Kirani langsung mengecek kesiagaan dan antisipasi pihak manajemen RSUDZA, bagaimana cara menghadapi dan menanggulangi virus corona bila sewaktu-waktu ada suspek atau pasien yang terindikasi terkena wabah corona, karena virus tersebut kini sedang hot dan ditakuti oleh masyarakat dunia. Virus mematikan ini penyebaran berasal dari negara Tiongkok/Cina.
Sidak Komisi V DPRA ke RSUDZA “berplat merah” itu, turut serta dihadiri Iskandar Usman Al-Farlaky, Tarmizi, Muslim Syamsuddin, Asib Amin Sofyan Puteh, dr Purnama Setia Budi, dan juga Salihin.
Kedatangan para anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh, disambut langsung Direktur RSUDZA, Dr dr Azharuddin SpOT-(K) Spine FICS dan sejumlah pejabat manajemen rumah sakit, milik Pemerintah Aceh di ruang komite medik.
Pada kesempatan pertemuan itu, dr Azharuddin bersama staf, mempresentasikan sejumlah persiapan pihak manajemen rumah sakit dalam menanggulangi wabah tersebut, salah satunya termasuk jalur penanganan suspek corona virus dan cara penanganannya.
Selanjutnya, anggota Komisi V juga meninjau langsung ruangan yang telah dipersiapkan rumah sakit untuk menangani pasien virus corona yang bertempat di rumah sakit lama RSUDZA.
Ketua Komisi V DPRA, M Rizal Falevi Kirani, kepada media mengatakan, pihaknya mengapresiasi pihak manajemen dan Direktur RSUDZA yang responsif siap siaga dalam yang telah menyiapkan ruangan unit khusus untuk menanggulangi bila sewaktu-waktu ada warga Aceh yang terindikasi terjangkit virus mematikan tersebut.
“Kami lihat apa yang telah dilakukan oleh teman-teman di RSUDZA ini, tentu sudah sangat bagus. Akan tetapi, tadi sudah kita dengar secara bersama apa yang disampaikan pihak manajemen rumah sakit terkait masih ada permasalahan peralatan penunjang yang belum lengkap dan memadai,” kata politisi Partai Nanggroe Aceh (PNA).
Oleh sebab itu, pihaknya mendesak Pemerintah Aceh supaya bisa lebih serius lagi dalam menghadapi kasus virus yang membahayakan tersebut, meski saat ini belum ada suspek (pasien terindikasi) terwabah virus corona.
“Terkait dengan alat-alat penunjang kesehatan yang masih kurang, sesegera mungkin dilakukan pengadaan dalam perencanaan pembangunan di sektor kesehatan. Kami minta perencanaan usulan dari Pemerintah Aceh ini harus konprehensif,” pinta Falevi.
Selain itu, dirinya juga mengingatkan, bahwa wabah virus mematikan itu merupakan sebuah bencana kemanusiaan yang perlu penanganan dan penanggulangan secara khusus dan serius dari para ahlinya, karena menurutnya, sangat penyebaran virus ini sangat cepat meski asal muasal virus itu bukan dari lingkungan kita tapi dari negara lain, namun kita perlu antisipasi sedini mungkin atas potensi gejala virus yang sangat berdampak sangat luar biasa ini,” ungkap Ketua Komisi V DPRA ini.
Jangan hanya isidentil, “Bek sampe watee troh kapai, baroe siboek pula lada”.
Tentu Ini menjadi momentum dan pengalaman kita secara bersama, bahwa wabah virus corona ini bisa mematikan.
“Jadi kita harus waspada setiap saat dan mengambil ikhtibar diri dengan harus ada suatu perencanaan yang terukur dan terencana semaksimal mungkin dalam mendeteksi atas penanggulangan sebaik,” tutup mantan aktivis Aceh sambil mengingatkan. (Red)
Dalam Sidak tersebut, tim rombongan komisi V DPRA dipimpin langsung oleh Ketua Komisi, M Rizal Falevi Kirani langsung mengecek kesiagaan dan antisipasi pihak manajemen RSUDZA, bagaimana cara menghadapi dan menanggulangi virus corona bila sewaktu-waktu ada suspek atau pasien yang terindikasi terkena wabah corona, karena virus tersebut kini sedang hot dan ditakuti oleh masyarakat dunia. Virus mematikan ini penyebaran berasal dari negara Tiongkok/Cina.
Sidak Komisi V DPRA ke RSUDZA “berplat merah” itu, turut serta dihadiri Iskandar Usman Al-Farlaky, Tarmizi, Muslim Syamsuddin, Asib Amin Sofyan Puteh, dr Purnama Setia Budi, dan juga Salihin.
Kedatangan para anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh, disambut langsung Direktur RSUDZA, Dr dr Azharuddin SpOT-(K) Spine FICS dan sejumlah pejabat manajemen rumah sakit, milik Pemerintah Aceh di ruang komite medik.
Pada kesempatan pertemuan itu, dr Azharuddin bersama staf, mempresentasikan sejumlah persiapan pihak manajemen rumah sakit dalam menanggulangi wabah tersebut, salah satunya termasuk jalur penanganan suspek corona virus dan cara penanganannya.
Selanjutnya, anggota Komisi V juga meninjau langsung ruangan yang telah dipersiapkan rumah sakit untuk menangani pasien virus corona yang bertempat di rumah sakit lama RSUDZA.
Ketua Komisi V DPRA, M Rizal Falevi Kirani, kepada media mengatakan, pihaknya mengapresiasi pihak manajemen dan Direktur RSUDZA yang responsif siap siaga dalam yang telah menyiapkan ruangan unit khusus untuk menanggulangi bila sewaktu-waktu ada warga Aceh yang terindikasi terjangkit virus mematikan tersebut.
“Kami lihat apa yang telah dilakukan oleh teman-teman di RSUDZA ini, tentu sudah sangat bagus. Akan tetapi, tadi sudah kita dengar secara bersama apa yang disampaikan pihak manajemen rumah sakit terkait masih ada permasalahan peralatan penunjang yang belum lengkap dan memadai,” kata politisi Partai Nanggroe Aceh (PNA).
Oleh sebab itu, pihaknya mendesak Pemerintah Aceh supaya bisa lebih serius lagi dalam menghadapi kasus virus yang membahayakan tersebut, meski saat ini belum ada suspek (pasien terindikasi) terwabah virus corona.
“Terkait dengan alat-alat penunjang kesehatan yang masih kurang, sesegera mungkin dilakukan pengadaan dalam perencanaan pembangunan di sektor kesehatan. Kami minta perencanaan usulan dari Pemerintah Aceh ini harus konprehensif,” pinta Falevi.
Selain itu, dirinya juga mengingatkan, bahwa wabah virus mematikan itu merupakan sebuah bencana kemanusiaan yang perlu penanganan dan penanggulangan secara khusus dan serius dari para ahlinya, karena menurutnya, sangat penyebaran virus ini sangat cepat meski asal muasal virus itu bukan dari lingkungan kita tapi dari negara lain, namun kita perlu antisipasi sedini mungkin atas potensi gejala virus yang sangat berdampak sangat luar biasa ini,” ungkap Ketua Komisi V DPRA ini.
Jangan hanya isidentil, “Bek sampe watee troh kapai, baroe siboek pula lada”.
Tentu Ini menjadi momentum dan pengalaman kita secara bersama, bahwa wabah virus corona ini bisa mematikan.
“Jadi kita harus waspada setiap saat dan mengambil ikhtibar diri dengan harus ada suatu perencanaan yang terukur dan terencana semaksimal mungkin dalam mendeteksi atas penanggulangan sebaik,” tutup mantan aktivis Aceh sambil mengingatkan. (Red)